Latest Movie :

Darah Perawan Ulfa nya (syeh puji) -- Kisah Nyata






"Besok kamu tidak perlu sekolah lagi".

"Kenapa bu ?, saya suka pelajaran matematika dan sejarah".



"Tidak boleh, besok kamu sudah harus dipingit, kamu akan

menikah bulan depan".



Menikah ? apa menikah itu. Jadi pengantin. Kenapa harus jadi

pengantin, dengan siapa ?, Beribu pertanyaan menghujam benakku. Aku

tidak tahu mengapa aku harus menikah. Bayangan tawa gembira Sularsih,

Wati, dan Menik silih berganti. Masih kuingat, kemarin kami baru saja

pesta rujakan merayakan hari kelulusan ku dari sekolah dasar. Aku baru

saja menikmati masa masa bahagia duduk di kelas 1 sekolah menengah

pertama.



Sularsih dan Wati datang menjemputku, dari balik tirai, aku

menatap punggung mereka yang lamat lamat menjauh dari rumahku. Ibu

mengatakan kepada mereka bahwa mulai hari ini aku tidak boleh pergi ke

sekolah dan bermain main dengan mereka, pandangan tanda Tanya

keheranan masih tersimak jelas di wajah sahabat sahabatku itu.



Air mataku mengalir deras, kututup mukaku dengan bantal. Aku

sangat takut sekaligus kecewa. Sering aku bertandang ke pesta

pernikahan kerabatku di kampung. Pengantin wanita tampak cantik,

dengan kebaya hitam, dan rambut di konde dengan hiasan bunga mayang.

Aku selalu menikmati paesan yang dibentuk hati hati oleh dukun

pengantin.



Kukenakan kain penutup rambutku, dan mulai beranjak keluar

dari kamar. Aku akan bicara lagi kepada ibuku, merengek untuk minta

dikembalikan ke sekolah. Ibu dan Bapak memarahiku habis habisan, sudah

ditentukan tanggal pernikahanku, minggu depan jam 3 siang. Dengan

langkah gontai aku ke kembali ke kamarku.



Seminggu sebelum pernikahanku tiba, calon suamiku datang,

rombongan berjumlah lebih dari 30 orang diantaranya adalah pak lurah,

pak camat, dan beberapa santri. Belasan mobil mewah terpakir di depan

rumahku. Bapak dan ibu tampak sumingrah. Sedangkan aku masih duduk

ketakutan di dalam kamar. Aku mengenakan baju muslim terbaru. Mukaku

terasa gatal. Riasan terasa terlalu tebal.



Keesokan harinya, rumahku kedatangan buruh bangunan. Kata

ayah, rumahku akan dibangun tingkat. Suara palu dan martil sangat

bising. Pagi hingga malam hari. Menganggu tidurku, mengganggu doaku

kepada Gusti Allah. Hari yang telah ditentukan tiba. Sehabis shalat

dzuhur, aku dibawa oleh ayah dan ibuku ke kediaman calon suamiku.



Aku tidak mengenalnya. Dari pembicaraan bude dan pakde, calon

suamiku adalah seorang pengusaha kaya raya, kiai yang memiliki sebuah

pondok pesantren di Semarang , Jawa Tengah. Namanya Ki Puji. Rumah

kediaman nya sangat mewah dan besar. Rumahku mungkin hanya sebesar

ruang. tamunya. Aku tidak berani menatap wajahnya. Menunduk. Dia

mendekatiku, dan mengulurkan tangan. Dingin. Aku berpeluh keringat.



Aku duduk membeku. Dikelilingku duduk bersimpuh beberapa

wanita yang tidak aku kenal. Sementara kaum lelaki duduk di ruangan

lain. Acara pernikahan berlangsung menjemukan. Baju pengantin yang

kukenakan terasa panas. Tidak betah rasanya aku berlama lama

mengenakannya.



Setelah acara pernikahan usai, aku didudukkan disamping sang

Kiai. Kilatan lampu kamera dan tetamu yang datang membuatku merasa

mual. Aku tidak kuat lagi. Dengan lirih aku meminta izin kepada Ibu

untuk dibawa ke kamar baruku. Malam hari ketika seluruh tetamu sudah

meninggalkan tempat baruku, suamiku, pak kiai, datang mengahmpiriku.



"Kamu sudah haid nduk?" Tanyanya. Aku menangguk lemah. Rasa

takut menjalariku. " Jangan takut, kamu adalah isteriku sekarang,

nanti saya akan jadikan kamu general manager di perusahaan saya".

"Kamu akan saya didik menjadi isteri yang shaleh, tidak kekurangan

materi, dan bisa mengendarai mobil mobil mewahku".



"Aku punya BMW, Mersi, kijang, motor, dan aku akan membawamu

keliling Indonesia , mau kemana ?. Ke Bali, Yogyakarta, Jakarta , ke

Ancol, Taman Mini". Sebut saja nduk". Katanya menghiburku. "Isteri

pertamaku, panggil dia Umi". " Dia yang akan mengajarkanmu, sini duduk

dekat denganku".



Tangannya yang hitam berbulu meraihku, aku semakin meringkuk

ketakutan. Didudukkannya aku dipangkuannya. "Nduk, kamu cantik, tutup

matamu". "Aku akan mengajarkanmu menjadi wanita sempurna".



Kubuka kedua belah mataku, matahari mempertontonkan cahayanya

masuk dari celah celah jendela. Aku mencoba bangun dari tempat

tidurku. Tetapi tubuhku terasa sakit, tulangku terasa kaku, dan

selangkanganku terasa nyeri luar biasa. Aku tidak bisa bergerak.

Ceceran darah kering mengotori alas tidurku. Darah segar masih

mengalir dari celah sempitku.



Apa yang terjadi ? Aku tidak ingat apa yang terjadi. Kupacu

daya ingatku, semalam sang Kiai mencumbu, aku meronta ronta, menangis,

menjerit, tapi tangan hitam itu membekap mulutku. Aku ingin berlari,

tetapi tubuhnya terlalu kuat menindihku. Lalu aku tidak sadarkan diri.

Lama, sunyi, bayangan Sularsih, Menik dan Wati silih berganti.



"Kamu mau jadi apa kalau sudah lulus sekolah Ulfah ?"



"Aku mau jadi polisi wanita". Jawabku lantang.



"Ibu guru sangat bangga padamu, Ulfah". "Nilai raportmu sangat

bagus". Puji ibu guruku.



Bayangku pulang sekolah bersama sahabat sahabatku, berlari

lari menuruni kali kecil dibelakang sekolah untuk menangkap ikan kecil

menari nari. Sulastri mengayunkan tali yang terbuat dari jalinan karet

gelang, kami bermain lompat tali. Dua belas tahun umurku.
__________________

oh_mayang = Otak Horney nya MayangSaritem
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cinema-Cinema - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger